[RESENSI FILM] Wiro (Kurang) Sableng

sumber: google.com
Judul Film: Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Genre: Action, drama, komedi
Durasi: 123 menit
Produksi: Lifelike Pictures, Fox International Productions


Wiro! Wiro Sableng! Sinto! Sinto Gendeng!
            Wiro kecil tumbuh bersama Sinto Gendeng di Gunung Gede. Kematian orang tuanya mempertemukan ia dengan si pendekar silat itu. Film dibuka dengan huru-hara kawanan Mahesa Birawa, pendekar golongan hitam yang rakus; haus akan harta dan tahta. Adegan perkelahian yang disuguhkan cukup bikin ngeri. Ranaweleng dan Suci, orang tua Wiro,  mati di tangan Mahesa Birawa dengan tragis. Namun, hal itu justru menjadi kunci bagi Wiro untuk menjadi pendekar sejati; bahwa dendam dan kebencian tak akan menghasilkan apa-apa.

            Film Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni dibintangi jajaran aktor dengan kualitas akting yang tak diragukan. Marcella Zalianty berhasil menjadi sosok permaisuri  yang irit dialog tapi kuat dalam ekspresi dan gesture tubuh. Kehadiran Yayan Ruhiyan sebagai Mahesa Birawa pun menambah suasana laga dalam film terasa semakin nyata. Beranjak dewasa, Wiro yang diperankan oleh Vino G. Bastian mendapat titah dari Sinto untuk menjemput Mahesa Birawa. Mantan muridnya itu telah dirasuki ambisi negatif yang bisa mencelakakan banyak orang. Wiro dipercaya memegang kapak maut 212, senjata andalan yang hanya boleh digunakan ketika pertarungan hidup dan mati.

            Di sisi kehidupan lain, kerajaan digambarkan sedang genting. Rara Murni sebagai adik Raja Kamandaka berinisiatif untuk mengajak Pangeran untuk menyamar dan melihat kondisi desa yang sesungguhnya.  Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, kepergian Pangeran dan Rara Murni dari istana justru menjadi celah bagi Werku Alit, saudara tiri Raja, untuk merebut kekuasaan. Apalagi, Pangeran ini digambarkan sebagai pemuda tak berdaya, penakut, nggak bisa apa-apa. Gemes banget. Padahal dia calon Raja.

            Harta, tahta, wanita. Ketiga komponen itu menjadi isu langgeng. Ketamakan kelompok yang dipimpin Mahesa Birawa disambut baik oleh Werku Alit dan rencana busuknya. Wiro tidak hanya harus menjemput Mahesa Birawa. Lebih dari itu, ia banyak belajar  bagaimana menjadi pendekar sejati. Untuk menjalankan misinya tersebut, ia dibantu oleh Santiko. Wiro dikelilingi pula oleh wanita cantik, diantaranya Anggini, Rara Murni, dan Bidadari Angin Timur.

Wiro diberi nama Sableng karena kesablengannya. Sayangnya, tokoh Wiro kurang kuat menggambarkan kekonyolan. Adegan paling konyol hanya terdapat pada adegan perkelahian di warung makan. Selebihnya, candaan Wiro menurut saya garing, he he he. Bahasa yang digunakan pun kekinian banget. Suasana film kolosal jadi kurang terbangun. Nggak ada itu istilah paduka-paduka atau baginda-baginda.

            Bekerja sama dengan Fox International Production, penonton menaruh ekspektasi tinggi.  Menghadirkan elemen fantasi, efek visual yang ditampilkan cukup halus, nggak terlalu kelihatan buatan seperti yang trailer yang dimunculkan beberapa bulan lalu. Setahun belakangan, industri film Indonesia sepertinya memang sedang berlomba-lomba menawarkan sesuatu yang baru. Kehadiran film Wiro Sableng menjadi angin segar ditengah film horror yang latah. Yha, semoga setelah ini ada warna baru lagi di layar lebar Indonesia~

Komentar

  1. Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus

Posting Komentar