“In
a Blue Moon, Sudah Sepantasnya Kau Memaafkan Masa Lalu”
Oleh : Ismi Aliyah
Sumber: google.com |
Judul : In a Blue Moon
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : pertama
Tebal : 320 hlm; 20 cm
ISBN : ISBN 978-602-03-1462-4
“Kau
mungkin tidak sempurna, tapi kau sempurna untukku.”
Kutipan novel di atas adalah kutipan
yang tercantum di bagian cover depan. Kutipan itu juga menjadi kutipan favorit
saya dalam novel ini. Menurut saya, menyimpan kutipan paling manis di cover
depan merupakan langkah yang bagus untuk menarik pembaca. Untungnya, saya tidak
begitu kecewa karena Ilana Tan kembali menulis
novel yang tak kalah manis dengan lima novel sebelumnya—Summer in Seoul, Winter in Tokyo,
Spring in London , Auntumn in Paris, dan Sunshine Becomes You . Setelah
membaca karya-karya Ilana Tan, saya mendapat kesimpulan bahwa Ilana Tan
memiliki teknik menulis yang khas, yaitu membuat beberapa sudut pandang tokoh
sehingga cerita menjadi hidup dan terasa nyata. Penulis begitu rapi membuat
perpindahan sudut pandang sehingga pembaca merasa “gemas” dan tak sabar untuk
mengetahui respon tokoh lawannya. Namun tak jarang teknik itu juga membuat
pembaca tidak merasakan twist yang
diharapkan.
In A Blue Moon diawali dengan
percakapan Lucas Ford dengan kakeknya di telepon. Sebenarnya, ide cerita ini
begitu sederhana dan klise, yaitu perjodohan. Yang pertama kali terlintas
dibenak saya ketika membaca bab pertama adalah “kok tahun 2015, ide ceritanya nggak beda jauh sama Siti Nurbaya ya?”
Saya sempat merasa heran karena Ilana Tan menjadikan perjodohan sebagai tema
novel ini. Dibanding tetralogi empat musim, sudah jelas bahwa novel In A Blue
Moon ini kurang memiliki twist yang
menarik.
Bab
kedua, penulis menerangkan masa lalu Lucas dan Sophie—tunangan yang dijodohkan
dengannya. Di sini, konflik pun bertambah. Rupanya Lucas dan Sophie merupakan
teman satu SMA. Lagi-lagi saya berdecak karena kecewa dengan ide yang
ditawarkan. Jadi, di bangku sekolah, mereka memiliki konflik karena Lucas
membocorkan rahasia bahwa Sophie bukanlah anak kandung kedua orangtuanya. Tindakan
Lucas telak membuat masa SMA Sophie menjadi suram. Gadis itu dikucilkan dan menerima
kekerasan verbal dari teman-temannya. Sejak itu, Sophie membenci Lucas.
Meski
dari segi ide cerita kurang menarik, tetapi diksi yang digunakan Ilana Tan
begitu manis dan mengalir sehingga saya tetap membaca bab-bab berikutnya. Selain
diksi yang menarik, alur yang dibuat pun begitu manis. Ilana Tan menghadirkan
adegan-adegan yang membuat saya mesem-mesem
sendiri. Misalnya, ketika Lucas dan Sophie berada di dalam mobil setelah
menghadiri pesta ulangtahun dan Lucas memberikan sebuket bunga. Ketika itu,
Lucas berkata bahwa ia sengaja tak membawa bunga itu ke dalam karena ia takut
Sophie menolaknya. Kemudian wajah Sophie memerah dan berakata ia menyukai bunga
yang diberikan Lucas. Masalahnya, Sophie masih tampak membenci Lucas, tapi di
sisi lain, ia juga merasa kikuk karena bahagia yang tak bisa ia sembunyikan. Saya
menjadi geli sendiri ketika membayangkan adegan itu. Barangkali jika saya ada
di posisi Sophie, wajah saya tak kalah merah dengan tomat yang masak hahaha.
Ada
lagi adegan manis yang saya suka dari novel ini, yaitu ketika Lucas menelepon Sophie
dan berkata bahwa ia sudah menceritakan Sophie pada keluarganya. Sophie merasa tak
sempurna, maka Lucas menukas ucapan Sophie. “Kau mungkin tak sempurna, tapi kau
sempurna untukku,” kata Lucas.
Sama
halnya dengan prosa fiksi kebanyakan, tokoh yang hadir tidak hanya tokoh
protagonis, tetapi muncul tokoh antagonis yang berfungsi untuk “memperkeruh
suasana”. Di dalam novel ini, terdapat dua tokoh yang menjadi “bumbu” sehingga
novel ini tak begitu hambar, yaitu Miranda dan Adrian. Keduanya adalah orang
dari masa lalu. Miranda adalah orang yang selama ini dianggap memiliki hubungan
khusus dengan Lucas sedangkan Adrian adalah sahabat kedua kakak laki-laki
Sophie sekaligus mantan kekasih Sophie.
Lucas
sama sekali tak memiliki perasaan terhadap Miranda, tetapi Miranda menaruh
harapan yang banyak. Sedangkan Adrian hadir untuk menawarkan kembali masa
lalunya dengan Sophie. Tetapi, Lucas dan Sophie berhasil melewati
masalah-masalah yang membuat hubungan mereka nyaris goyah.
Sebenarnya,
ada hal ganjil yang saya kira akan diceritakan di tengah atau di akhir cerita. Penulis
menghadirkan konflik kekeluargaan—Sophie bukan anak kandung keluarganya—,
tetapi tidak ada motif mengapa Sophie hadir di keluarga Wilson. Semua terjadi
begitu saja, sehingga setelah selesai membaca buku ini, saya jadi
bertanya-tanya tentang masa lalu Sophie. Saya pikir masa lalu Sophie benar-benar
menyedihkan karena ia mengalami kekerasan yang luar biasa hingga tak memiliki
teman. Sayangnya, penulis tak memaparkan itu. Penulis juga kurang meyakinkan
saya bahwa status bukan anak kandung adalah sumber kekerasan verbal yang
membuat Sophie dikucilkan. Setahu saya, itu bukanlah masalah yang membuat seseorang "disiksa" oleh teman-teman. Selain itu, hubungan judul dengan isi cerita pun dirasa kurang kuat.
Novel ini diakhiri dengan hubungan Sophie dan Lucas yang semakin baik. Sophie menerima pinangan Lucas.
Novel ini diakhiri dengan hubungan Sophie dan Lucas yang semakin baik. Sophie menerima pinangan Lucas.
Meski
pun banyak kekurangan, sebagai penggemar Ilana Tan, saya tetap
mengapresiasi karya ini. Di balik cerita percintaan yang berakhir dengan
manis,terdapat pesan-pesan moral yang disadari atau tidak telah saya dapatkan
ketika membaca novel ini.
Pertama,
tentang doa orangtua. Di dalam novel ini, Lucas digambarkan sebagai tokoh yang
menuruti orangtua, sehingga ia melakukan apapun yang sesuai dengan keinginan
orangtuanya karena ia percaya bahwa itu adalah keputusan yang baik. Hasilnya,
Lucas begitu bahagia mendapat pendamping hidup seperti Sophie. Kedua, tentang
kasih sayang seorang kakak. Dalam novel ini, sifat kedua kakak laki-laki Sophie
begitu selektif memilihkan lelaki yang pantas untuk Sophie. Hal ini karena
mereka tak ingin membuat Sophie menderita. Ketiga, tentang cinta dan perasaan
yang tak bisa dipaksakan. Selama apapun Lucas dan Miranda bersama-sama, tak
lantas menumbuhkan perasaan saling menyukai. Sekuat apapun Miranda meledakkan
perasaannya pada Lucas, lelaki itu sama sekali tak mengatakan bahwa ia memiliki
perasaan yang sama. Pun ketika Adrian hadir untuk menawarkan kembali masa lalu,
kedatangannya tak lantas membuat keadaan menjadi sama. Rasa cinta bisa berubah setiap
waktu, bukan? Bisa bertambah suka, bertambah cinta, atau bertambah benci. Atau rasa itu menghilang dihapus waktu dan seseorang yang baru.
makasih udah baca :)
BalasHapusAku udh baca 'in a blue moon" dan ak setuju banget dengan pendapat kamu, ak udh baca novel karya Ilana Tan dan aku suka banget, aku suka banget sama review-an kamu
BalasHapuskeep writing~
Wah, maaf, ya, saya baru baca komentar ini. Terima kasih sudah membaca, ya :)
Hapus