Judul: I am
Sarahza
Penulis: Hanum
Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit:
Republika Penerbit
Tahun terbit:
2018
Dimensi: vi+ 370
Hlm: 13,5 cmx20,5 cm
Cetakan I, April
2018
dok. pribadi |
Jangan pernah putus
harapan. Jangan kau bunuh harapanmu! Aku
hidup karena harapanmu, karena tangismu, karena darahmu yang kau kucurkan untuk
semua program kehamilan. Aku hidup karenamu, Bu! (hlm. 258)
Tabah: satu kata
yang bisa saya gambarkan dari Hanum dan Rangga. Perjalanan 11 tahun pernikahan
dilalui dengan tidak mudah. Manis, pahit, menanjak, menurun, berkelok, terbang
ke langit ke tujuh lantas dihempaskan di detik berikutnya. Perasaan yang
bergejolak, bercampur aduk, hingga berada di titik paling curam bernama
depresi. Sarahza, jika kamu besar nanti, lalu ada hal yang membuatmu sebal pada
orangtuamu, kamu perlu membaca ulang buku ini. Betapa mereka bersusah payah
menghadirkanmu di antara kalian. Betapa besar pengorbanan ibumu untuk menjadi
seorang ibu. Ia harus menunggu sebelas tahun untuk bertemu denganmu di dunia, menguras
air mata, berhadapan dengan ratusan jarum suntik yang sangat ia takuti, menggelontorkan
dana tak sedikit—yang bahkan tak ia pedulikan lagi— agar kamu bisa segera
hadir, menahan nyeri melahirkan, menyusuimu untuk pertama kali, dan membesarkanmu
sebagai anak yang cerdas.
Diawali dengan
bagian overture, novel ini memenggal
perjalanan inseminasi ketiga mereka yang tak seindah harapan. Bagian ini
menjadi gambaran akan kegagalan bertubi yang menghantui Hanum dan Rangga.
Selanjutnya, melalui kisah cinta antara Hanum, si calon dokter gigi dan Rangga,
seorang musisi, novel I am Sarahza membuka cerita dengan manis dan romantis.
Allah Swt. merancang pertemuan Hanum dan Rangga dengan paripurna. Suratan takdir yang
kita pahami sebagai ketidaksengajaan yang sempurna. Perjalanan mereka berlanjut hingga akhirnya
memutuskan untuk menikah. Hingga titik itu, saya dan suami banyak cekikikan
karena dialog-dialog candaan Rangga yang amat receh. Btw, saya baca novel ini dengan suara, jadi kayak ngedongengin suami gitu. Hehe.
Novel I am
Sarahza dibangun dengan tiga sudut pandang, Hanum, Rangga, dan Sarahza. Ketiganya
saling mendukung untuk membangun suasana. Hanum, perempuan tegar dan optimis,
Rangga, sosok suami yang kuat, sabar, dan penghibur yang ceria, serta Sarahza,
yang masih menunggu antrian untuk dilahirkan ke dunia. Sarahza digambarkan
sebagai cahaya yang berpendar. Akan terus berpendar selama calon kedua
orangtuanya menginginkan dirinya. Cahaya itu meredup ketika Hanum dan Rangga
mulai melupakan keinginan itu. Di Lauhul Mahfuzh, Sarahza menjadi saksi
perjuangan keduanya.
dok. pribadi |
Meskipun mengangkat
tema perjuangan orang tua untuk menghadirkan buah hati, novel ini tak melulu
membicarakan program hamil. Dibalik kesedihan yang mereka rasakan, rupanya
Allah Swt. memberikan kebahagiaan dengan jalan yang lain. Rangga yang mendapat
beasiswa di tahun kedua pernikahan, juga Hanum yang mencicipi mimpinya untuk
tampil di layar kaca sebagai presenter. Selanjutnya, Rangga sukses menjadi
dosen ekonomi. Sementara itu, novel karangan Hanum sukses dicetak ribuan
eksemplar, bahkan diangkat ke layar lebar. Rezeki berupa materi mengalir begitu
deras, hingga Hanum berpikir ingin menukar segalanya dengan kehadiran bayi di
keluarga mereka. Pada saat itu pula, Allah Swt. bekerja. Ia mencicil
kebahagiaan sedikit demi sedikit, agar tak lupa bersyukur, agar kado yang
disiapkan setelah diperjuangkan sekian lama semakin indah.
Sebagai manusia,
hati mana yang tak hancur ketika mengalami kegagalan berulang kali? Sempat merasakan
kehamilan setelah menunggu bertahun-tahun, tetapi ternyata janin tak
berkembang, hati Hanum kembali remuk. Diksi yang digunakan sangat menyentuh
hati, membuat pembaca ikut meneteskan air mata, bahkan saya sampe sesenggukan. Tidak
hanya terharu, beberapa bagian dalam novel ini juga seolah menjadi wakil bagi
hati saya untuk bersuara. Sebagai pejuang program hamil, sungguh jalan kami
tidak mudah. Hanum dan Rangga pernah menjalani program hamil di dalam dan luar negeri. Bahkan mereka minta bantuan dokter fertilitas terbaik di Eropa, nyatanya gagal. Novel ini kurang menguraikan proses program hamil. Jika diuraikan lebih ke dalam novel, barangkali juga bisa menjadi informasi bagi kami-kami yang juga sedang berikhtiar.
Terbagi ke dalam
tiga belas bagian, novel ini merangkum perjalanan mereka dengan perasaan campur
aduk. Bagian paling krusial ketika Hanum mengalami depresi menyadarkan saya,
bahwa kita sungguh tak punya apa-apa, tak bisa apa-apa, dan bukan apa-apa tanpa
Sang Pencipta. Bisa jadi, titik terendah itu menjadi titik balik bagi kita
untuk menjadi lebih baik, lebih mengingat Yang Maha Kuasa. Dukungan keluarga
pun sangat dibutuhkan. Sosok Amien Rais dan istrinya cukup menonjol dengan
karakter yang relijius dan penuh perhatian. Kemudian, titik paling ikhlas
bukanlah pada mulut, tetapi pada segenap hati yang menyerahkan segalanya pada
Sang Khalik. Ketika kita sudah melakukan yang terbaik, biarkan Tuhan mengambil
bagian lewat kehendaknya.
dok. pribadi |
Novel ini
menjadi suntikan semangat bagi para pejuang garis dua. Bahwa di dunia ini,
sungguh tak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha. Teruslah berjuang, karena setiap kita adalah sarahza, pejuang yang menang bertarung sebelum dilahirkan (hlm. 359). Senjata terakhir
yang kita miliki ketika nyaris menyerah pada kegagalan adalah harapan. Sebab di mana ada harapan, di situ ada kehidupan. []
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
BalasHapusdi sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856