Buka Bersama, Bahagia Bersama

Ada yang berbeda dengan buka bersama Ramadan di tahun ini. Jika tahun-tahun sebelumnya bukber selalu diiringi dengan ketawa-ketiwi haha hihi dan tak jarang dibumbui oleh ghibah, kali ini berbeda. Sesuatu yang baru bagi saya, sesuatu yang membuat merasa cupu karena baru mengalaminya.

Lima belas menit sebelum azan ashar berkumandang, motor saya menepi di sebuah rumah. Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara rebana dan suara anak-anak yang sedang nasyidan, mungkin?

Kehadiran saya disambut hangat oleh seorang ibu. Juga seorang bapak yang belakangan saya ketahui bernama Pak Ade, pengelola yayasan Rumah Tahfidz Quran Anak Bandung. Rumahnya para penjaga alquran, rumah yang nyaman. Tempat bagi para penghafal alquran yang sore ini akan saya mintai doa agar Allah Swt. menjabah segala hajat kami.Saya dipersilakan untuk bergabung dengan teteh-teteh yang sudah hadir duluan dan menunggu di ruangan putri. Ruangan yang bersebelahan dengan ruang tengah tempat seratus anak penghafal alquran sedang berkumpul.

Setelah berkenalan dengan beberapa orang (maklum, saya murid baru di grup PCOS Fighters Bandung), kami menunaikan salat asar berjamaah. Sekilas semua berjalan seperti biasa saja. Kami meluruskan saf dan segera menunaikan salat berjamaah. Selanjutnya, kami berdzikir setelah salat. Hati saya tiba-tiba menggeletar. Riuh anak-anak yang mengeraskan suara untuk berdzikir membuat air mata menetes. Sedikit demi sedikit, mukena saya basah kemudian.

Tiba-tiba saya merasa terharu. Dalam ujian ini, Allah Swt. menjaga saya untuk berada di lingkungan orang-orang yang sela2lu mengingat-Nya. Grup wasap kami lebih dari sekadar berbagi tips program hamil atau berbagi lapak jualan online. Saya merasa haru mengingat semua nikmat dibalik segala perjalanan yang pernah saya lalui. Nikmat yang saya lupakan karena tergalang impian yang bahkan sebenarnya tak pernah tahu akan seperti apa jadinya. Selama ini saya hanya sibuk mereka-reka harapan. Di tengah mental saya yang kemarin-kemarin sempat awut-awutan, Allah Swt. merajutnya kembali dengan cara yang menawan. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Agenda salat asar pun selesai. Kami dipersilakan bergabung dengan anak-anak di ruang tengah. Pak Ade memandu acara. Saya kira, air mata sudah habis merembes di mukena. Namun, ketika melihat wajah anak-anak yang polos nan lugu itu memandang saya, lagi-lagi pelupuk mata menggenang. Apalah saya yang cengeng. Nonton drama Korea nangis, iklan Tokopedia nangis, hal-hal yang kadang bagi orang lain biasa saja, bagi saya cukup untuk menumpahkan air mata.

“Nak, teteh-teteh di depan ini, bukan orang-orang sembarangan. Mereka lagi dikasih soal ujian sama Allah. Ada yang bisa menyelesaikan empat tahun, lima tahun, tujuh tahun. Nah, kita bantu doain, ya.” Seingat saya, intinya Pak Ade berkata demikian. Tidak mungkin menjelaskan panjang lebar tentang Policystic Ovarium Syndrom pada anak-anak yang kebanyakan usia dini. Saya aja kalau dijelasin dokter kadang masih planga plongo he he he. Pertemuan sore itu juga diselingi tawa oleh tingkah anak laki-laki yang lucu banget. Jadi pengen punya 😂

Ah, saya jadi ingat momen ketika ujian kompetensi akuntansi lima tahun lalu. Di ruang ujian, saya menahan tangis karena tidak bisa menyelesaikan soal. Padahal, orang lain sudah selesai. Di luar jendela, mereka melambaikan tangan dan memberi semangat. Satu persatu meninggalkan ruangan, menyisakan saya dan tiga orang lainnya. Saya berusaha semaksimal mungkin, memeras otak sembari beristigfar. Saat waktu ujian habis, alhamdulillah Allah memudahkannya.    

Doa pun dimulai. Dihantarkan dengan puji-pujian untuk merayu Allah Yang Maha Baik, Pak Ade membimbing kami untuk memanjatkan doa. Tak lama berselang, Pak Ade meminta anak-anak PAUD yang duduk paling depan memeluk kami. Seketika anak-anak kecil itu berhamburan memeluk saya. Tangis saya pecah.  Tangan-tangan mungil mereka memeluk saya dengan erat. Saya merasakan tangan kecil itu mengusap bahu dan punggung saya yang bergetar. Seolah menguatkan dan berbicara, “Jangan bersedih. Jangan menangis. Semua akan baik-baik saja.”

Saya usap kepala salah satu anak sambil dalam hati berdoa, “rabbi habli minasshalihin. Rabbi habli miladunka dzuriyyatan thayyibatan innaka samiu’ddua. Ya Allah, semoga Engkau mengamanahkan keturunan yang soleh dan solehah. Memberikan keturunan yang sehat dan sempurna. Keturunan yang menyejukkan hati kami.”

Sementara itu, mulut saya hanya bisa mengucap Ya Allah berkali-kali. Kemudian, pelukan kami merenggang. Mereka masih memandang mata saya yang sembab dengan lugu. Saya mengucapkan banyak terima kasih. Bagai menemukan rumus cemerlang ketika ujian terasa sangat sulit, pelukan mereka membuat saya lega. Mereka memberikan amunisi bagi saya untuk kembali bangkit.

Well, hari ini adalah pengalaman berharga bagi saya. Simpanlah segala kerumitan yang cuma ada di kepalamu. Tersenyumlah, jangan lupa bahagia!
PCOS Fighters Bandung dan anak-anak Rumah Tahfidz Quran Anak Bandung.
Dok. PCOS Fighters Bandung


 Dok. PCOS Fighters Bandung
SUSAH KALO NGGAK NANGIS
dok. PCOS Fighters Bandung

Komentar