[RESENSI BUKU] Potret Keluarga Harmonis ala Sehidup Sesurga Fahd Pahdepie

sumber: goodreads.com
Judul Buku: Sehidup Sesurga
Penulis: Fahd Pahdepie
Penerbit: PandaMedia
Tahun terbit: 2017 (cetakan kedua)
Tebal: 210 halaman
ISBN: 978-979-780-845-7

“Terima kasih. Aku bisa mengerjakan sisanya, merawat rumah ini dan membuatnya menjadi lebih bernyawa” (Rizqa)

            Menikah adalah babak baru dalam hidup yang seru. Bagi sebagian orang, menikah masih menjadi pencapaian terbesar yang harus dilalui. Terlepas itu pencapaian atau bukan, bagi saya, menikah adalah ibadah seumur hidup yang memerlukan berbagai kesiapan. Melalui buku Sehidup Sesurga, Fahd Pahdepie merangkum perjalanan cintanya dengan Rizqa, sang penyempurna kekurangannya. Buku ini membekali pembaca untuk menyelami biduk rumah tangga dengan singkat tapi mendalam. Teknik bercerita membuat pembaca tidak merasa digurui, justru banyak membantu saya dalam membangun rumah tangga yang harmonis.

            Buku ini terdiri atas beberapa kumpulan cerita yang tercecer dalam catatan facebook Fahd. Sebelumnya, saya juga sering membaca beberapa catatan Fahd tentang keluarga. Wajah Kalky dan Kemi (anak-anak Fahd) juga Rizqa istrinya, tak asing berseliweran di timeline. Fahd terlihat sangat mencintai keluarganya.

Jika cinta kita kepada seseorang yang mendampingi kita selama hidup harus berakhir di sebuah episode bernama kematian, betapa pendek usia cinta kita. Ia seharusnya hidup lebih lama lagi. Sebab meski kita telah melewati momen kematian, cinta itu seharusnya terus hidup untuk membersamai sepasang pencintanya menuju surga (Fahd, hlm. ix).

            Diawali dengan pertanyaan “sudah siapkah engkau menikah?”, Fahd memulai perjalanan cintanya. Seperti halnya orang yang akan menikah, banyak kegelisahan yang muncul dan pertanyaan-pertanyaan yang membuat galau. Fahd membagikan pengalamannya dengan baik. Sebagai lelaki yang menikah di usia 23 tahun, orang-orang menilai dirinya terlalu muda untuk mengambil keputusan itu. Well, orang-orang memang pintar menilai. Namun, Fahd membulatkan tekad dan meyakini bahwa pernikahan akan membuatnya lebih kuat, mandiri, matang, dan dewasa. Ia mulai melakukan pencarian, bertanya pada abahnya sendiri juga pada kiyai.

            Memasuki dunia pernikahan, ia kembali dihadapkan dengan persoalan finansial, ego, dan anak, sehingga ia dan Rizqa harus pintar membuat langkah agar mereka tetap seirama. Fahd dan Rizqa memberikan pengalaman-pengalaman yang bisa ditiru dan direnungkan agar pernikahan tetap indah dengan cinta yang selalu terasa baru setiap hari.  Tidak hanya bagi pasangan yang akan menikah, saya yang sudah menikah pun dapat menikmati buku ini. Bagi saya, poin terpenting dalam buku ini adalah menjalankan pernikahan dengan visi dan misi yang sama. Tidak ada pihak yang merasa lebih superior juga menjadi salahsatu kunci keharmonisan dalam rumah tangga. Dengan diksi-diksi yang puitis, Fahd juga memberi sudut pandang sebagai suami bagi Rizqa maupun ayah bagi Kalky dan Kemi.

Cerita-cerita di dalam buku ini disisipi dengan puisi cinta Fahd. Nyaris tidak ada kekurangan, sayangnya, buku ini tidak dilengkapi dengan daftar isi. Jadi, kalau mau baca ulang harus ngubek lagi halamannya. Intinya tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pun dengan pernikahan.
Terima kasih karena kau telah menjadi dirimu. Terima kasih untuk cinta kita yang tidak sempurna, yang membuatmu tak tergantikan (Fahd, hlm. 208)

Komentar