Lima atau Sepuluh Tahun Lagi, Saya....*



Sekotak susu rasa strawberry, beberapa potong buah mangga dan jeruk yang sudah dikupas saya masukan ke dalam cup silicon. Lalu saya menggulung roti tawar yang di dalamnya sudah diberi sosis dan daun selada. Bekal sudah siap. Senyum saya merekah. Semoga bekal untuk hari ini habis tak bersisa. Apa membereskan piring-piring bekas sarapan kami. Tak lupa ia juga mencuci piring-piring kotor itu sebelum menjajarkannya kembali dengan rapi di rak. Di kamarnya, anak saya sedang mematut diri di depan cermin. Memastikan tidak ada atribut sekolah yang luput tidak dia pakai. Terakhir, dia mengencangkan dasi. Tersenyum pada diri sendiri dan berhambur ke dapur, memeluk saya dengan erat. Meminta semangat agar hari pertamanya sekolah menyenangkan. Saya mengantarkan senyum paling lebar. Menatap matanya yang berbinar. Menata rambutnya yang sebenarnya tidak berantakan, juga membenarkan letak dasinya meskipun tidak ada yang salah. “Adek, di sakola nurut ka bu guru, nya. Uihna, ku Ibu dijemput.” 

Dia hanya mengangguk. Wajah cerianya terlihat agak tanggung. Saya memeluknya dengan erat. Kemudian, saya berdiri dan menutup mesting makan siangnya, memasukkannya ke dalam tas, dan menyahut panggilan Apa yang sudah siap di halaman rumah dengan motor menyala. Saya menggamit tangannya yang mungil. Kami meninggalkan dapur. Saya mengambil helm dan menutup pintu. Lalu, saya memutar kenop pintu dua kali, memastikan pintu terkunci. Lalu, lamunan itu terhenti. 

Di lima atau sepuluh tahun yang akan datang, saya ingin melihat anak saya tumbuh dengan baik, dan paling penting beribadah dengan baik, mengenal agama dengan baik, karena ia datang juga dari Allah Swt. jadi saya harus membimbingnya di jalan Allah Swt.. Saya ingin memberikan pendidikan terbaik, kasih sayang terbaik, perhatian paling baik. Intinya, saya ingin mengusahakan segala yang terbaik dalam diri saya. Waktu kuliah, saya suka berandai-andai dengan teman. Kami selalu membayangkan suasana sore hari, ketika kami pulang bekerja, juga anak-anak yang pulang sekolah, bersantai di beranda menunggu kepulangan ayah. Semoga harapan itu terwujud.  

Di lima tahun atau sepuluh yang akan datang, saya berharap bisa melaksanakan ibadah haji bersama kedua orang tua dan mertua. Saat ini, uang masih belum cukup. Insyaallah, dengan niat, rezeki bisa datang dari arah yang tidak diduga.

Di lima tahun atau sepuluh tahun mendatang, saya membimbing mahasiswa saya untuk menyelesaikan skripsi. Saya melihat wajah kesalnya ketika saya mencorat-coret bagian yang menurut saya tak perlu. Seminggu kemudian, saya melihat wajahnya yang sumringah karena saya mengizinkannya sidang.  Di hari ujian, mahasiswa itu memeluk saya sambil menangis, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih karena memudahkannya menyelesaikan skripsi. Setelah pertemuan dengan mahasiswa bimbingan, saya bergegas masuk ke kelas. Tak lupa saya siapkan spidol, juga berbagai buku bahan  bacaan yang akan direkomendasikan untuk mahasiswa.

Saya pernah membaca kutipan tapi lupa di mana, intinya mengatakan bahwa kemungkinan dan ketidakmungkinan hanyalah konsep yang ada di kepala manusia. Bagi Allah Swt., segala yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Kuncinya, selalu berusaha dan berdoa, tidak lupa dibarengi dengan sabar dan ikhlas. Tiga harapan yang sudah saya ceritakan muncul paling cepat di kepala saya. Padahal, di lima atau sepuluh tahun mendatang, saya juga ingin jadi juragan beras hahaha. Saya juga ingin punya grosir toko kelontongan, punya toko kerudung di Pasar Baru, intinya saya ingin bisnis, sih, hehe. Saya ingin punya rumah dua lantai. Lantai pertama isinya ruang tamu, kamar tamu, dapur, juga kamar tidur. Nah, lantai dua ini yang istimewa, ada perpustakaan di pojokan. Pokoknya yang instagramable. Rak-rak lucu, ada sofa, karpet berbulu yang pasti nyaman buat tiduran, bantal-bantal untuk menopang buku, dan bisa sekalian lihat pemandangan karena perpustakaannya dekat dengan jendela kaca yang besar.  

Namanya manusia, selalu tidak puas. Setelah A terpenuhi, ingin B. B terpenuhi, ingin C. Begitu seterusnya. Yang perlu diingat, jadikan semua harapan itu untuk selalu mengingat Allah Swt.. Insyaallah semuanya menjadi berkah. Semoga harapanmu, harapanku, harapan kita, bisa terwujud, ya. Berbaik sangka pada Allah Swt., maka yang terbaik akan datang kepada kita. Bismillah.


*Tantangan Menulis Basabasi Store Day6

Komentar