Tantangan Ikhlas #kampusFiksi


“Tidak ada satu pun wanita di dunia ini yang ikhlas, yang ada adalah wanita yang berkorban.”
Hayo! Siapa yang pernah nonton film Surga Yang Tak Dirindukan pasti pernah denger dialog ini. Ikhlas? Hmm. Di dunia ini, siapapun, entah perempuan atau laki-laki mungkin nggak suka jika sesuatu yang dia suka, bahkan dicintai, dibagi dengan orang lain.  Film yang disutradarai Kuntz Agus  ini sukses membuat penonton nangis bombay dan membuat mata bengkak dengan sempurna.
Aa Fedi sebagai Pram, menjadi tokoh utama berhasil menjadi suamiable. Sayangnya dia menikahi perempuan nggak jelas yang ketemu di pinggir jalan dan membuat penonton (khususnya perempuan) patah hati seketika. Dirilis pada tahun lalu, tepatnya 15 Juli 2015, film ini mendapat respon yang baik dari penggemar layar lebar Indonesia. Dilansir dari smeaker.com, cerita yang diangkat dari novel Asma Nadia ini menyedot 246 ribu pasang mata.

Poin penting film ini adalah bagaimana hati diuji. Bagaimana kebohongan dipendam Ayah bertahun-tahun kemudian terbongkar. Bagaimana kita berharap pasangan hidup tak melakukan kebohongan  yang sama. Bagaimana kita menerima semua ketentuan-Nya. Sudahkah kita ikhlas menerima semua ketentuan Allah? Pertanyaan Arini dalam salah satu scene barangkali menyentil hati penonton. Ada ungkapan sabar tak berbatas, ikhlas tak berbekas.  Dari film ini, banyak sekali pelajaran hidup yang dapat diambil. Film ini menyadarkan kita bahwa kita hanya butiran debu di dunia ini. Alam dan seisinya adalah milik Allah, segala musibah dan kebahagiaan tak datang tanpa sebab.

Arini dan Pram menjalani lika-liku percintaan hingga memiliki seorang anak perempuan. Istana mereka hancur seketika saat Pram menyelamatkan Meirose (perempuang yang akan bunuh diri). Untuk menyelamatkan perempuan itu, Pram menikahinya. Semua baik-baik saja kecuali hati Pram yang bergejolak. Sepintar-pintarnya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Sepintar-pintarnya manusia berbohong, akhirnya akan terbongkar juga. Kemudian, rahasia terungkap. Arini menemukan struk pembelajaan obat bayi atas nama Pram. Kemudian ia menguntit Pram hingga menemukan suaminya sedang menyalami Meirose.

Barangkali dunia seakan runtuh menimpa tubuhnya. Dunianya hancur berkeping-keping. Arini terus mencoba memahami, memasrahkan diri, mengikhlaskan hati, hingga akhirnya ia dapat menerima Meirose. Pada akhirnya, hati kita akan tenang jika hanya menggantungkan diri pada Allah Swt. Hidup ini adalah pilihan.  Pertanyaannya, apakah kita memilih menjadi orang berhati ikhlas atau tidak? Ikhlaskah kita menerima segala ketentuan-Nya?

Komentar