#3


"Analogi Gelas Plastik Terbalik"






Ketika orang-orang sibuk membicarakan gelas plastik, saya menemukan gelas plastik ini  karena harus mencari objek untuk difoto. Akhirnya setelah berjalan mondar-mandir di depan sekre, saya melihat sebuah gelas plastik bekas  terbalik di atas etalase danus. Hal pertama yang muncul di kepala saya adalah “kalau disimpan terbalik, benda itu tak menjadi apa-apa”. Kemudian saya memutar benda itu. Rupanya, rencana saya belum membuat gelas itu menjadi “apa-apa”. Benda itu masih tak berguna karena penutupnya sobek sebagian. Maka saya merapikan bagian permukaan dengan menyobek tutupnya  hingga bagian dalam permukaan gelas menjadi halus. Rencananya, saya akan meletakkan spidol ke dalam gelas. Sayangnya, ketika saya meletakkan spidol ke dalamnya, gelas menjadi goyah. Untuk menyeimbangkan gelas agar tidak terjatuh, saya menyandarkan gelas berisi satu spidol itu ke helm yang berada di dekatnya.

Yang saya tahu, segala yang ada di dunia ini tak akan selamanya sama. Semua yang bergerak, pasti berubah. Pertanyaan pertama, “siapa yang menggerakan? Diri sendiri atau keadaan?” Kedua, “untuk apa digerakkan?” Ketika saya melihat gelas terbalik di atas etalase, saya membayangkan teman-teman pengurus. Saya akan merasa bersalah jika teman-teman saya tidak menerima materi yang menjadi hak kita. Nah, akhirnya, kemarin pengaderan menggerakan teman-teman untuk berkumpul di depan sekre. Kegiatan pembekalan dua ini hadir untuk membekali pengurus dengan materi-materi yang menunjang kami dalam berkegiatan. Kekurangan gelas ini adalah dia tidak dapat berdiri dengan seimbang jika hanya diisi satu spidol. Nah, helm yang menjadi sandaran dianalogikan dengan teman yang lain. Dalam berorganisasi, kita tidak dapat berdiri dan berjalan sendirian.

Saya menganalogikan tutup gelas yang sobek sebagian sebagai hambatan; kemalasan. Kita semua tahu, hal yang sulit dilawan adalah kemalasan yang muncul dari diri sendiri. Ada “alasan” di dalam kata “kemalasan”. Saya terinspirasi dari Kang Hendrawan sebenarnya hahaha.  


Teman-teman, kita dapat merefleksikan kegiatan before-after ini ke dalam manajemen kegiatan. Sebelum berkegiatan, alangkah baiknya kita merencanakan apa yang akan kita lakukan. Apa tujuannya, siapa sasarannya, pikirkan peluang dan hambatannya, bagaimana cara mengatasi hambatan, dan lain sebagainya. Lalu ketika berkegiatan, kita harus sigap menghadapi hal teknis yang tidak sesuai dengan konsep. Setelah kegiatan berakhir, bukan berarti “segalanya berakhir”. Kita perlu mengevaluasi apa saja kekurangan yang terjadi dalam kegiatan tersebut agar kegiatan selanjutnya menjadi lebih baik. 

Komentar