"Analogi Gelas Plastik Terbalik"
Ketika orang-orang sibuk membicarakan gelas plastik, saya
menemukan gelas plastik ini karena harus mencari objek untuk
difoto. Akhirnya setelah berjalan mondar-mandir di depan sekre, saya melihat
sebuah gelas plastik bekas terbalik di
atas etalase danus. Hal pertama yang muncul di kepala saya adalah “kalau disimpan terbalik, benda itu tak
menjadi apa-apa”. Kemudian saya memutar benda itu. Rupanya, rencana saya
belum membuat gelas itu menjadi “apa-apa”. Benda itu masih tak berguna karena penutupnya
sobek sebagian. Maka saya merapikan bagian permukaan dengan menyobek tutupnya hingga bagian dalam permukaan gelas menjadi
halus. Rencananya, saya akan meletakkan spidol ke dalam gelas. Sayangnya, ketika
saya meletakkan spidol ke dalamnya, gelas menjadi goyah. Untuk menyeimbangkan
gelas agar tidak terjatuh, saya menyandarkan gelas berisi satu spidol itu ke
helm yang berada di dekatnya.
Yang
saya tahu, segala yang ada di dunia ini tak akan selamanya sama. Semua yang
bergerak, pasti berubah. Pertanyaan pertama, “siapa yang menggerakan? Diri
sendiri atau keadaan?” Kedua, “untuk apa digerakkan?” Ketika saya melihat gelas
terbalik di atas etalase, saya membayangkan teman-teman pengurus. Saya akan
merasa bersalah jika teman-teman saya tidak menerima materi yang menjadi hak
kita. Nah, akhirnya, kemarin pengaderan menggerakan teman-teman untuk berkumpul
di depan sekre. Kegiatan pembekalan dua ini hadir untuk membekali pengurus
dengan materi-materi yang menunjang kami dalam berkegiatan. Kekurangan gelas
ini adalah dia tidak dapat berdiri dengan seimbang jika hanya diisi satu
spidol. Nah, helm yang menjadi sandaran dianalogikan dengan teman yang lain.
Dalam berorganisasi, kita tidak dapat berdiri dan berjalan sendirian.
Saya
menganalogikan tutup gelas yang sobek sebagian sebagai hambatan; kemalasan.
Kita semua tahu, hal yang sulit dilawan adalah kemalasan yang muncul dari diri
sendiri. Ada “alasan” di dalam kata “kemalasan”. Saya terinspirasi dari Kang
Hendrawan sebenarnya hahaha.
Teman-teman,
kita dapat merefleksikan kegiatan before-after
ini ke dalam manajemen kegiatan. Sebelum berkegiatan, alangkah baiknya kita
merencanakan apa yang akan kita lakukan. Apa tujuannya, siapa sasarannya,
pikirkan peluang dan hambatannya, bagaimana cara mengatasi hambatan, dan lain
sebagainya. Lalu ketika berkegiatan, kita harus sigap menghadapi hal teknis
yang tidak sesuai dengan konsep. Setelah kegiatan berakhir, bukan berarti “segalanya
berakhir”. Kita perlu mengevaluasi apa saja kekurangan yang terjadi dalam
kegiatan tersebut agar kegiatan selanjutnya menjadi lebih baik.
Komentar
Posting Komentar