Pengirim Bunga




Kring!
Sepeda Greg menepi di depan sebuah toko kue. Kebetulan sore ini toko sedang sepi. Maka ia bergegas masuk setelah kedua telapak kakinya mencium trotoar. Ia merapikan rambutnya yang masih melambai-lambai di dahi padahal kepalanya sudah ditutupi topi.
Aroma khas kue-kue buatan Emmy langsung menguar ketika pintu masuk di dorong. Seperti biasa, Greg berhadapan dengan Joan di meja kasir.
“Kiriman bunga lagi?” Joan menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum.
Greg mengangguk dan bergumam. “Emmy ada?”
“Tunggu sebentar ya, aku lupa. Kalau tidak salah, tadi dia makan siang ke luar.” Joan mendorong laci uang lantas mengangkat telepon. Emmy, Greg datang.. Hm.. Ya.. Bunga... Begitulah kurang lebih percakapan Joan. Setelah Joan menutup teleponnya, Greg langsung menyambar dengan berbagai pertanyaan. “Bagaimana? Apakah dia ada? Bolehkah aku menemuinya?”
“Seperti biasa, naik ke lantai dua.”
“Terimakasih Joan, kau cantik hari ini.” seloroh Greg kemudian meninggalkan Joan begitu saja.
Joan hanya mengerlingkan mata dan tersenyum.
Greg melewati beberapa etalase dengan macam-macam kue yang menggoda selera. Perutnya mulai keroncongan, ia belum sempat makan siang karena sibuk merangkai bunga. Ia menarik napas dalam-dalam hingga rongga dadanya mengembang sebelum mengetuk pintu. Emmy berdiri di hadapannya setelah pintu terbuka.
“Hai.”
Greg terdiam. Tiga detik terbuang begitu saja, hanya terdengar deru napas Greg. Dia tak mampu berkata-kata. Ia terlalu gugup bahkan lelaki itu dapat mendengar detak jantungnya sendiri.
“Greg?” Emmy memiringkan kepalanya untuk memastikan Greg baik-baik saja. Lelaki itu terkesiap.
 Di selang tawanya yang renyah Emmy berkata,”kau ini kenapa? Ayo masuk..”
Dibukanya pintu lebar-lebar lalu Emmy menarik tangan Greg masuk ke ruangannya. Perasaan Greg semakin tak karuan. Ia segera duduk di sofa sementara Emmy mengambil dua kaleng softdrink dari kulkas kecil yang terletak di sudut ruangan.
“Kiriman bunga dari penggemar rahasiaku lagi?”
Greg berdeham dan menelan ludah. Berusaha membasahi tenggorokannya yang kering, dan meredam detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. “Ya.” Jawabnya singkat. Detik berikutnya ia segera menyambar softdrink yang disuguhkan Emmy.
Kemudian Greg menyerahkan satu buket bunga di atas meja. Dengan tidak sabar Emmy mengambil bunga itu dan membaca catatan kecil yang menggantung di gagang bunga. “Oh, astaga! Dia benar-benar romantis!” Emmy tersenyum geli. “Ngomong-ngomong, terimakasih sudah mengantarkan bunga ini ya. Aku sangat suka meski pun aku tak tahu lagi harus menyimpan bunga ini di mana.” Lanjutnya sembari mengedarkan pandangan ke sebuah meja panjang dekat jendela. Di sana, berbagai jenis bunga di simpan. Ada yang masih segar, bahkan yang sudah layu pun masih rapi berjajar. Selain gemar membuat kue, gadis itu juga menyukai bunga.
Greg merasa lega.
 Emmy memotong ucapan Greg ketika kata-kata nyaris tergelincir dari mulutnya. “Greg, aku sudah tahu siapa penggemar rahasiaku.”
Greg tersedak oleh ludahnya. “Oh ya?”
Emmy mengangguk mantap. “Greg, sumpah aku tak menyangka!”
“Ya, begitu pun aku!” Greg ikut bahagia. Dadanya seperti meletup-letup.
“Tadi siang Jason melamarku. Lihat!” Emmy menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Benar-benar manis. Hati Greg teriris.
“Oh..”
Emmy meluapkan semua rasa bahagianya. Ia memutar lagi kenangan pertama kali mendapat kiriman bunga, hingga bunga yang dikirim sore ini adalah bunga kesekian yang ia terima. Menceritakan bagaimana Jason mengajaknya makan siang, dan berakhir dengan penyematan cincin. Cerita itu terdengar begitu sumbang di telinga Greg.
“Kenapa kau tak mengatakannya dari dulu Greg?” tanya Emmy masih dengan rona bahagia di pipinya.
“Ah, mana mungkin aku mengatakannya. Nanti kau tidak terkejut. Lagi pula Jason hanya menugaskanku untuk mengantar bunga pesanan siapapun. Tidak lebih.” Memang seharusnya tidak lebih. Tambah Greg tentunya dalam hati.
“Oh ya, aku membuat kue jenis baru. Kau mau coba? Akan kuambilkan langsung dari kitchen sebagai ucapan terimakasihku untuk selama ini ya?”
Greg hanya mengangguk kaku. Emmy menghilang dari pandangannya beberapa saat kemudian. Tiba-tiba ponsel Greg bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.
Greg, kau masih ingat gadis yang sering kuceritakan? Tadi siang aku melamarnya. Aku tidak tahu ternyata kau membantuku diam-diam. Bunga yang kau kirim setiap minggu adalah bunga-bunga kesukaannya. Tadi dia bercerita padaku. Terimakasih, Greg. Nanti malam ada pesta kecil-kecilan. Kuharap kau datang. Oh ya, ada bonus juga untuk gaji bulan ini.

Hati Greg mencelos.




*Sebenernya ini sambil nyelam minum air, lagi nugas ikut #nulis3jam. Ini sebenarnya tugas pemirsaaaah .-. Bikin tulisan dari apa yang kita lihat. Silahkan dikritik hihi. Makasiiiih.

Komentar