Sepeda
Greg menepi di depan sebuah toko kue. Kebetulan sore ini toko sedang sepi. Maka
ia bergegas masuk setelah kedua telapak kakinya mencium trotoar. Ia merapikan
rambutnya yang masih melambai-lambai di dahi padahal kepalanya sudah ditutupi
topi.
Aroma
khas kue-kue buatan Emmy langsung menguar ketika pintu masuk di dorong. Seperti
biasa, Greg berhadapan dengan Joan di meja kasir.
“Kiriman
bunga lagi?” Joan menaikan sebelah alisnya sambil tersenyum.
Greg
mengangguk dan bergumam. “Emmy ada?”
“Tunggu
sebentar ya, aku lupa. Kalau tidak salah, tadi dia makan siang ke luar.” Joan
mendorong laci uang lantas mengangkat telepon. Emmy, Greg datang.. Hm.. Ya..
Bunga... Begitulah kurang lebih percakapan Joan. Setelah Joan menutup
teleponnya, Greg langsung menyambar dengan berbagai pertanyaan. “Bagaimana? Apakah
dia ada? Bolehkah aku menemuinya?”
“Seperti
biasa, naik ke lantai dua.”
“Terimakasih
Joan, kau cantik hari ini.” seloroh Greg kemudian meninggalkan Joan begitu
saja.
Joan
hanya mengerlingkan mata dan tersenyum.
Greg
melewati beberapa etalase dengan macam-macam kue yang menggoda selera. Perutnya
mulai keroncongan, ia belum sempat makan siang karena sibuk merangkai
bunga. Ia menarik napas dalam-dalam hingga rongga dadanya mengembang sebelum
mengetuk pintu. Emmy berdiri di hadapannya setelah pintu terbuka.
“Hai.”
Greg
terdiam. Tiga detik terbuang begitu saja, hanya terdengar deru napas Greg. Dia
tak mampu berkata-kata. Ia terlalu gugup bahkan lelaki itu dapat mendengar
detak jantungnya sendiri.
“Greg?”
Emmy memiringkan kepalanya untuk memastikan Greg baik-baik saja. Lelaki itu
terkesiap.
Di selang tawanya yang renyah Emmy berkata,”kau
ini kenapa? Ayo masuk..”
Dibukanya
pintu lebar-lebar lalu Emmy menarik tangan Greg masuk ke ruangannya. Perasaan Greg
semakin tak karuan. Ia segera duduk di sofa sementara Emmy mengambil dua kaleng
softdrink dari kulkas kecil yang
terletak di sudut ruangan.
“Kiriman
bunga dari penggemar rahasiaku lagi?”
Greg
berdeham dan menelan ludah. Berusaha membasahi tenggorokannya yang kering, dan
meredam detak jantungnya yang berpacu dengan cepat. “Ya.” Jawabnya singkat. Detik
berikutnya ia segera menyambar softdrink
yang disuguhkan Emmy.
Kemudian
Greg menyerahkan satu buket bunga di atas meja. Dengan tidak sabar Emmy
mengambil bunga itu dan membaca catatan kecil yang menggantung di gagang bunga.
“Oh, astaga! Dia benar-benar romantis!” Emmy tersenyum geli. “Ngomong-ngomong,
terimakasih sudah mengantarkan bunga ini ya. Aku sangat suka meski pun aku tak
tahu lagi harus menyimpan bunga ini di mana.” Lanjutnya sembari mengedarkan
pandangan ke sebuah meja panjang dekat jendela. Di sana, berbagai jenis bunga
di simpan. Ada yang masih segar, bahkan yang sudah layu pun masih rapi berjajar.
Selain gemar membuat kue, gadis itu juga menyukai bunga.
Greg
merasa lega.
Emmy memotong ucapan Greg ketika kata-kata
nyaris tergelincir dari mulutnya. “Greg, aku sudah tahu siapa penggemar
rahasiaku.”
Greg
tersedak oleh ludahnya. “Oh ya?”
Emmy
mengangguk mantap. “Greg, sumpah aku tak menyangka!”
“Ya,
begitu pun aku!” Greg ikut bahagia. Dadanya seperti meletup-letup.
“Tadi
siang Jason melamarku. Lihat!” Emmy menunjukkan cincin yang melingkar di jari
manisnya. Benar-benar manis. Hati Greg teriris.
“Oh..”
Emmy
meluapkan semua rasa bahagianya. Ia memutar lagi kenangan pertama kali mendapat
kiriman bunga, hingga bunga yang dikirim sore ini adalah bunga kesekian yang ia
terima. Menceritakan bagaimana Jason mengajaknya makan siang, dan berakhir
dengan penyematan cincin. Cerita itu terdengar begitu sumbang di telinga Greg.
“Kenapa
kau tak mengatakannya dari dulu Greg?” tanya Emmy masih dengan rona bahagia di
pipinya.
“Ah,
mana mungkin aku mengatakannya. Nanti kau tidak terkejut. Lagi pula Jason hanya
menugaskanku untuk mengantar bunga pesanan siapapun. Tidak lebih.” Memang seharusnya tidak lebih. Tambah Greg
tentunya dalam hati.
“Oh
ya, aku membuat kue jenis baru. Kau mau coba? Akan kuambilkan langsung dari kitchen sebagai ucapan terimakasihku
untuk selama ini ya?”
Greg
hanya mengangguk kaku. Emmy menghilang dari pandangannya beberapa saat
kemudian. Tiba-tiba ponsel Greg bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.
Greg, kau masih ingat gadis yang
sering kuceritakan? Tadi siang aku melamarnya. Aku tidak tahu ternyata kau
membantuku diam-diam. Bunga yang kau kirim setiap minggu adalah bunga-bunga
kesukaannya. Tadi dia bercerita padaku. Terimakasih, Greg. Nanti malam ada
pesta kecil-kecilan. Kuharap kau datang. Oh ya, ada bonus juga untuk gaji bulan
ini.
Hati
Greg mencelos.
*Sebenernya ini sambil nyelam minum air, lagi nugas ikut #nulis3jam. Ini sebenarnya tugas pemirsaaaah .-. Bikin tulisan dari apa yang kita lihat. Silahkan dikritik hihi. Makasiiiih.
Komentar
Posting Komentar