Malam ini aku
tak tertidur begitu larut. Winda dan Salma sudah pulang sekitar dua jam yang
lalu. Kami baru saja selesai mendiskusikan rencana liburan akhir semester. Setelah
selesai salat Isya, lampu utama segera dimatikan, diganti dengan lampu tidur
yang berdiri kokoh diatas meja belajar. Hanya butuh waktu beberapa menit saja
untuk akhirnya aku tertidur dengan lelap. Masuk ke alam mimpi, perbincangan
tentang rencana berlibur tadi siang menjadi bagian mimpiku. Sepotong pizza yang
terakhir aku makan sebelum tidur juga masuk ke dalam mimpi.
Namun,
ditengah perbincangan tentang liburan, aku dikagetkan oleh seorang dokter yang
tiba-tiba masuk ke dalam kamar bersama empat orang suster. Mereka berteriak, “Awas!
Pizza itu bervirus!”
Aku segera
melempar pizza itu dan memuntahkan pizza yang ada di dalam mulut. Begitu pun
kedua temanku, yang lebih mengerikan, kedua temanku langsung berubah menjadi
zombie. Mata mereka memerah, mulut mereka mengeluarkan lendir. Sayang sekali, rencana liburan kali ini
sepertinya akan gagal total!, desahku dalam hati.
Winda dan Salma
meraung dan menatap tajam kepadaku. Persis seperti zombie-zombie kelaparan. Aku
menjerit ketika keduanya bersiap menerkam tubuhku. Maka aku berlarian di atas
kasur, sementara dokter dan keempat susternya sibuk menangkap mereka. Bersamaan
dengan itu, aku merasakan mual dan pusing. Sekujur tubuhku bergidik. Kulihat
kuku panjang memaksa keluar dari buku-buku jari. Astaga sakitnya luar biasa.
Kami terus
saling mengejar. Hingga akhirnya Winda berhasil dilumpuhkan, sedangkan Salma
masih mengejarku. Lampu tidurku pecah. Selimut menggulung. Bantal berceceran. Rak
buku ambruk. Kamarku berubah seketika. Aku tak tahu lagi harus berlari kemana. Akhirnya,
aku membuka jendela kamar. Ketika kakiku terjulur keluar, dokter menarik
tubuhku. “Kamu harus segera divaksin! Kalau tidak, kamu juga akan berubah
seperti mereka!”
Saat itu
tubuhku berontak. Kurasakan darahku bergejolak. Sudut mataku melihat Winda dan
Salma sudah terkapar dengan kondisi fisik yang berangsur normal. Kuku mereka
memendek. Urat-urat mereka mulai mengendur. Aku menjerit ketika dokter
menyuntik telunjukku.
“Awwww!!!”
Aku terbangun.
Jiwaku kembali ke alam nyata.
Seekor tikus
menggigit telunjukku. Aku segera melempar tikus itu dan menjerit histeris. Tanganku
segera meraba dinding untuk mencari saklar. Kulihat tikus itu segera berlari ke
kolong lemari. Telunjukku berdarah. Oh ya ampun! Aku tidak akan menjadi zombie
betulan kan?
Aku keluar
kamar untuk mencari kotak PP. Kemudian, telunjukku dicuci dan diberi alkohol. Takut-takut
setelah ini kukuku memanjang, mulutku mengeluarkan lendir, mataku memerah. Hih.
Malam ini adalah malam paling menjijikan dalam hidupku. Terbangun gara-gara
digigit tikus. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Winda dan Salma. Hm.
#FiksiBangunTidur
Komentar
Posting Komentar